PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN REFORMASI KULTURAL MASYARAKAT


Edisi 1/Jumat 25 Januari 2013 M
13 Rabiul Awal 1434 H
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN
REFORMASI  KULTURAL MASYARAKAT
Oleh: H. Iwan Zulhami, SH. MAP*
PENDAHULUAN
Nabi Muhammad Saw, merupakan utusan Allah terakhir dengan membawa agama Islam. Sebagai agama yang sempurna kebenarannya, yang membenarkan dan menyempurnakan  agama yang dibawa oleh para nabi utusan Allah sebelumnya, agar dijadikan pegangan bagi  para hamban-NYA  dalam menjalankan hidup menuju  keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muhammad SAW, sebagai utusan Allah yang terakhir mengemban amanah suci, sebagai wujud nyata dari sifat Rahman dan Rahim Allah terhadap hamba-Nya, bahkan merupakan penyempurna dari semua kenikmatan yang telah diberikan-NYA kepada sekalian penghuni alam.
                Firman Allah dalam QS Al Anbiya ayat 107, Artinya:“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam ( al anbiya: 107)
Untaian ayat di atas memberikan gambaran bagi kita bahwa Muhammad Saw adalah  Insanul Kamil  (manusia sempurna) yang pada dirinya terletak untaian mutiara hikmah sebagai obor penerang dalam hidup dan kehidupan sekalian penghuni alam, yang mengeluarkan manusia dalam gelap gulita kekafiran menuju cahaya kebenaran, yaitu Dinul Islam yang diridhoi Allah SWT, kehadiran Muhammad adalah sebagai juru selamat dan penerang yang menhantarkan  kepada kebahagian lahir dan batin.
                Menyambut peringatan kelahiran Muhammad SAW adalah sebuah keniscayaan bagi orang yang tahu berterima kasih dan berbalas budi, hari dan kelahiran Rasul hendaklah kita peringati sebagai titik awal kecintaan kita dan peningkatan pengabdian kita kepada Rasul SAW dan Allah SWT sebagai Dzat yang telah menyempurnakan semua kenikmatan di dunia dan di akhirat.

KELAHIRAN MUHAMMAD SAW
                Lebih kurang lima belas abad yang silam telah lahir seorang pejuang perubahan (reformasi) sejati, yang kini, kita umat Islam selalu menyebut namanya serta bersalawat dan salam kepadanya, dialah Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 571 M atau yang  sering disebut sebagai Tahun Gajah.
                Rasul (Muhammad SAW) dilahirkan dan dibesarkan dalam masyarakat yang berkepribadian keras di alam jahiliyah, karena masyarakat Arab dikala itu hidup dalam kebodohan agama, aqidah yang hancur, akhlak yang rusak serta pergaulan hidupnya yang tidak menentu. Mereka menciptakan berhala dan disembah yang mereka buat sendiri, di antara mereka saling berseteru, perang saudara dan saling bunuh, terutama anak perempuan, pemerkosaan, penculikan, perjudian, minuman keras dan kejahatan lainnya yang sering kali merajalela.
                Kehidupan yang keras dan rusak seperti itulah yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga Rasul merasa prihatin atas kaumnya, dan dalam kondisi yang kacau balau seperti ini Muhammad SAW mengasingkan diri (menyepi) di gua Hira’, jauh dari kaum jahiliyah mencari jalan terbaik untuk membangun masyarakat Arab kearah yang lebih baik. Di tengah Rasul menyepi, datanglah pertolongan Allah SWT dengan menurunkan wahyu pertama surah al Alaq ayat 1-5 sebagai tanda dimulainya masa kenabian, sehingga timbul sipirit baru untuk melanjutkan dakwah merobah masyarakat Arab dan dunia.

MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Tanggal 12 Rabiul Awal Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Dinasti Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimipin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua di mensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.
Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.
Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin. Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan non diskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia.
Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. misalnya, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.

RASUL REFORMASI SEJATI
Ada beberapa kebijakan Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat dan pemerintahan Arab yang patut diteladani oleh pemangku kepentingan ditengah tengah cultural masyarakat sekarang ini, yaitu:
Pertama: Rasul memulai reformasi dari Aqidah, hal ini ditandai dengan kandungan ayat ayat yang turun kepada Nabi khususnya surat surat yang turun di kota Mekkah. Kenapa?, karena masyarakat Arab dikala itu mengalami krisis  aqidah. Agama yang dibawa oleh Nabi sebelumnya seperti Nabi Ibrahim AS, sudah ditinggalkan, aqidah tauhid telah dikotori, syirik tumbuh subur sehingga masyarakat sudah tidak terkendali lagi. Kemurnian aqidah akan membawa kehidupan yang kokoh, menjadikan tujuan hidup yang jelas, keadilan dan kejujuran akan tumbuh dan berkembang.
Dalam masyarakat kita saat ini, aqidahnya sudah mulai luntur dan dikotori oleh perbuatan dan prilaku syirik yang bentuknya mengalami modifikasi  berupa penghambaan terhadap materi, kesombongan, keangkuhan, dan menurunnya pengakuan terhadap Inayah dan Hidayah Allah SWT, seolah olah apa yang diperolehnya dianggapnya karena kerja keras yang dilakukan, sehingga timbul sifat-sifat ke akuan dan mengenyampingkan  kekuasaan Allah SWT.
Perjuangan  membangun reformasi murni dan total yang harus dilakukan sekarang ini kalau menginginkan masyarakat dan Negara ini sehat adalah mengembalikan nilai-nilai Aqidah dan meneladani kehidupan Rasul, sehingga kokohnya aqidah masyarakat akan berdampak pada kesehatan jiwa dan raga masyarakat sebagai mana yang dikehendaki oleh tujuan pembangunan Nasional.
Kedua : Membangun Persaudaraan dan Persatuaan yang  kokoh, hal ini dilakukan oleh Rasulullah dalam mensiasati sosial antar umat Islam maupun dengan orang kafir. Dengan persaudaraan ini akan timbul rasa memiliki, saling membantu, dan mempertinggi toleransi, yang dituangkan dalam “ Piagam Madinah “.
Sudah seharusnya kita menteladani kehidupan  Rasul dalam mewujudkan Persaudaraan dan Persatuan untuk mencapai tujuan bersama yaitu masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan  sejahtera dalam lindungan Allah SWT. Sehingga heterogenitas di masyarakat seperti suku, agama , dan ras dapat dijadikan sebagai  kekuatan yang  dahsyat  dalam berbangsa dan bernegara.
Ketiga : Menegakkan amanah, kejujuran dan keadilan, hal ini diletakkan oleh Rasullah  sebagai bingkai yang indah dalam memimpin masyarakat yang dilandasi dengan Kitabullah yaitu Al Qur’an. Dengan menegakkan kebijakan-kebijakan ini Negara Arab menjadi negeri yang damai, makmur dan aman. Maka sudah selayaknya pula kita menerapkan ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini.
Dalam pemerintahan yang amanah, jujur dan adil dalam mengelola dan mengatur sistem pemerintahan  maka akan mendapatkan masyarakat yang  santun, ramah dan berbudi pekerti, sehingga karakter masyarakat akan menjadi berbudaya. Perubahan ini harus di dukung secara bersama sehingga pertologan Allah Swt akan datang menyertai segala usaha yang kita lakukan  untuk mensejahterakan umat dan masyarakat Indonesia.

PENUTUP
                Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW layak dan pantas untuk di lakukan sebagai repleksi atas perubahan kultural masyarakat  yang dilakukan oleh Nabi untuk perbaikan kearah yang lebih baik. Dalam perjalanan sejarah kehidupan kita dan anak keturunan kita yang semakin lama semakin larut dalam dunia yang pana ini, akan terbawa kembali kearah yang tidak menentu, baik dari segi prilaku, aqidah dan persaudaraan.
                Dengan mengenang prikehidupan Rasul Muhammad Saw, akan menumbuhkan kembali kecintaan kita terhadap Muhammad SAW, yang dijadikan sebagai suri tauladan bagi kita dalam beragama, bermasyarakat dan bernegara, sehingga prubahan zaman dan masa tidak menggoyahkan nilai nilai dasar sebagai insan hamba Allah Swt.
*Penulis : Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Medan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gema Irama Pokjaluh Medan