MUSIBAH BISA JADI NIKMAT
|
27 Rabiul Awal
1434 H
MUSIBAH BISA JADI NIKMAT
Oleh
: SURIADI S.Ag*
PENDAHULUAN
Dalam perjalanan hidup yang amat
singkat ini, apa yang kita harap selain rahmat dan kasih sayang Allah? Semua
amal ibadah yang kita lakukan tidak lain demi meraih rahmat dan kasih
sayang-Nya. Kita rela bangun di akhir malam, bersujud dan bermunajad hingga
menitikkan air mata, itu semua karena kita benar-benar merindukan akan
mendapatkan rahmat dan ampunannya kita sudi untuk menyisihkan waktu, tenaga,
harta bahkan jiwa kita jika memang itu bayaran yang kita keluarkan untuk
menjemput rahmat dan kasih sayang Allah.
Salah satu
dari wujud kasih sayang Allah itu, Allah
memberikan cobaaan dan ujian bagi hamba-hamba yang dicintai-Nya, apakah cobaan
tersebut dalam bentuk kekurangan harta, jiwa, kondisi lapang maupun sempit
dalam kondisi sehat maupun sakit. Hal
ini semata-mata untuk menguji dan melihat tingkat keimanan dan kesabaran di antara hamba-Nya.
Musibah,
cobaan, dan persoalan hidup yang dibentangkan
dalam diri kita ini, bisa membawa
kita pada tingkat kehinaan dan bisa juga menuju kepada kebahagian dan
kemuliaan. Untuk menyikapi dan menghadapi persoalan yang ada ini, kita akan
merubah persepsi atau pemahaman kita bahwa tidaklah semua musibah, Cobaan dan
derita itu membawa kepada kesusahan dan kesengsaraan, tetapi juga musibah dan
cobaan itu bisa memuliakan jati diri kita, menghapus dosa-dosa kita dan juga
sebagai nikmat bagi kita.
MUSIBAH BISA JADI NIKMAT
Musibah
dalam bahasa Indonesia diartikan “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Dalam
Alqur’an ada 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah dan 10 kali kata
musibah. Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”.
Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita
dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya
selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu,
sebenarnya baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan
buruk (QS. al-Baqarah: 216)
Alquran
mengisyaratkan bahwa tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena
ulahnya sendiri, tetapi disisi lain, ketika Alquran berbicara tentang bala,
dikatakannya musibah itu datang dari Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi
kecuali atas izin Allah ketika kita berbicara tentang bala (yang diartikan juga
bencana). Sebenarnya bala pada mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti
“menampakkan”. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya.
Itu
sebabnya Allah Swt. menyatakan: “Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2). Kita
lihat ujian/bala datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang-orang
yang berjihad di jalan Allah dan bersabar.” (QS. Muhammad: 31)
Allah menurunkan bala tanpa campur tangan manusia. “Kami pasti menurunkan sedikit
rasa takut, sedikit rasa lapar… Berilah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (QS. al-Baqarah: 255).
Ibnu
Taimiyah rahimahullah
mengatakan; Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para hamba-Nya yang
beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini
mereka pun mentauhidkan-Nya (hanya berharap kemudahan pada Allah). Mereka pun
banyak berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap
kecuali kepada-Nya. Di kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung
pada-Nya, tidak beralih pada selain-Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan
kembali pada-Nya dan merasakan manisnya iman. Mereka pun merasakan begitu
nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik (karena mereka tidak
memohon pada selain Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat
ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit,
hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena datangnya
kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan
nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan bisa pula didapati oleh
orang mukmin. (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu
Taimiyah, Darul Wafa’, 10/333).
Begitu
sejuk mendengar kata indah dari Ibnu Taimiyah ini. Akibat derita, akibat
musibah, akibat kesulitan, kita pun merasa dekat dengan Allah dan ingin kembali
pada-Nya. Jadi tidak selamanya derita adalah derita. Derita itu bisa jadi
nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan. Derita bisa bertambah derita jika
seseorang malah mengeluh dan jadikan makhluk sebagai tempat mengeluh derita.
Hanya kepada Allah seharusnya kita berharap kemudahan dan lepas dari berbagai
kesulitan.
Nikmat
ketika kita kembali kepada Allah dan bertawakkal pada-Nya serta banyak memohon
pada-Nya, ini terasa lebih nikmat dari hilangnya derita dunia yang ada. Karena
kembali pada Allah dan tawakkal pada-Nya hanyalah nikmat yang dimiliki insan
yang beriman dan tidak didapati para orang yang kafir. Sedangkan nikmat
hilangnya sakit dan derita lainnya, itu bisa kita dapati pada orang kafir dan
orang beriman.
Ingatlah
baik-baik nasehat indah ini. Semoga kita bisa terus bersabar dan bersabar. Sabar itu
tidak ada batasnya. Karena Allah Ta’ala janjikan,“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka
adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i
mengatakan bahwa ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu
Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung
sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya,
pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa
balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.
Berikut
adalah beberapa nasehat dari ayat al Qur’an, hadits dan perkataan ulama yang
semoga bisa menghibur setiap orang yang sedang mengalami musibah.
PENUTUP
Semua
manusia pasti pernah diuji oleh Allah dengan berbagai cobaan atau ujian, baik
kekurangan harta, kemiskinan, kematian, penyakit dan kesulitan hidup. Kiranya
semua itu dapat kita terima dengan ikhlas hanya karena Allah, kita yakin bahwa
tidaklah Allah
memberikan cobaan dan ujian hidup itu melainkan ada hikmah yang sangat besar
dibalik semua itu.
Semoga
tulisan ini dapat mengugah hati kita agar kita senantiasa istiqomah di jalan
Allah, sekalipun berbagai cobaan, ujian dan rintangan menghampiri hidup kita.
* Penulis adalah
Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Medan Tembung.
KBIH PEMKO MEDAN
SIAP MEMBIMBING ANDA SAMPAI KE TANAH SUCI
GRATIS DAN
TERBUKA UNTUK UMUM
CP. Nursani Mungkur, MA
081376011051
Pelindung: Ka.
Kankemenag Kota Medan, Pembina:
Ka. Sub Bagian Tata Usaha, Kasi Urusan Agama Islam, Kasi Mapenda, Kasi Urusan Haji, Islam, Kasi Zakat Wakaf,
Penanggung Jawab: Kasi Pekapontren dan Penamas, Ketua Pengarah: Marasakti Bangunan, MA, Ketua
Penyunting: Junindra Banurea, MA, Wakil
Ketua Penyunting: Hasanuddin
Parinduri, S.Ag, Bendahara: Hj. Fatmah, S. Ag, Editor: M.
Abdullah Amin HSB, MA, Layout: Aslen, MA, Dewan Penyunting:
1. Drs. Sontang Muda Harahap, 2. Drs. Hermanto Joko, 3. Drs. H. Abdullah
NST, 4. Drs. H. Fuji, MA, 5.
Musthopa, S.PdI, 6. Nur’asiah, S.Ag, Sulfia Rahmi, MA, Nurlely, S. Ag, Suriadi,
S.Ag, Nunung Ismayanti, MA, M. Ali Irsan, S. Ag, Drs. Khairul Anwar, Drs.
H. Panigoran Siregar, SPdI, Tata Usaha: Hadi Syahputra, S.Sos, Mimi
Suryani, MA, Distribusi Pemasaran: Seluruh Penyuluh Agama Islam. CP.
085276985936, Kritik/Saran: 081361160198/081375281183
|
|
Komentar
Posting Komentar