MUSIBAH BISA JADI NIKMAT


Edisi 2/Jumat 08 Februari 2013 M
27 Rabiul Awal 1434 H
MUSIBAH BISA JADI NIKMAT
Oleh : SURIADI S.Ag*
PENDAHULUAN
Dalam perjalanan hidup yang amat singkat ini, apa yang kita harap selain rahmat dan kasih sayang Allah? Semua amal ibadah yang kita lakukan tidak lain demi meraih rahmat dan kasih sayang-Nya. Kita rela bangun di akhir malam, bersujud dan bermunajad hingga menitikkan air mata, itu semua karena kita benar-benar merindukan akan mendapatkan rahmat dan ampunannya kita sudi untuk menyisihkan waktu, tenaga, harta bahkan jiwa kita jika memang itu bayaran yang kita keluarkan untuk menjemput rahmat dan kasih sayang Allah.
                Salah satu dari wujud kasih sayang  Allah itu, Allah memberikan cobaaan dan ujian bagi hamba-hamba yang dicintai-Nya, apakah cobaan tersebut dalam bentuk kekurangan harta, jiwa, kondisi lapang maupun sempit dalam  kondisi sehat maupun sakit. Hal ini semata-mata untuk menguji dan melihat tingkat keimanan dan kesabaran  di antara hamba-Nya.
                Musibah, cobaan, dan persoalan hidup yang dibentangkan  dalam diri kita ini,  bisa membawa kita pada tingkat kehinaan dan bisa juga menuju kepada kebahagian dan kemuliaan. Untuk menyikapi dan menghadapi persoalan yang ada ini, kita akan merubah persepsi atau pemahaman kita bahwa tidaklah semua musibah, Cobaan dan derita itu membawa kepada kesusahan dan kesengsaraan, tetapi juga musibah dan cobaan itu bisa memuliakan jati diri kita, menghapus dosa-dosa kita dan juga sebagai nikmat bagi kita.

MUSIBAH BISA JADI NIKMAT

Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Dalam Alqur’an ada 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah dan 10 kali kata musibah. Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS. al-Baqarah: 216)
Alquran mengisyaratkan bahwa tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri, tetapi disisi lain, ketika Alquran berbicara tentang bala, dikatakannya musibah itu datang dari Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah ketika kita berbicara tentang bala (yang diartikan juga bencana). Sebenarnya bala pada mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti “menampakkan”. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya.
Itu sebabnya Allah Swt. menyatakan: “Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2). Kita lihat ujian/bala datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang-orang yang berjihad di jalan Allah dan bersabar.” (QS. Muhammad: 31) Allah menurunkan bala tanpa campur tangan manusia. “Kami pasti menurunkan sedikit rasa takut, sedikit rasa lapar… Berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 255).
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan; Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para hamba-Nya yang beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini mereka pun mentauhidkan-Nya (hanya berharap kemudahan pada Allah). Mereka pun banyak berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-Nya. Di kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung pada-Nya, tidak beralih pada selain-Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan kembali pada-Nya dan merasakan manisnya iman. Mereka pun merasakan begitu nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik (karena mereka tidak memohon pada selain Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan bisa pula didapati oleh orang mukmin. (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, 10/333).
Begitu sejuk mendengar kata indah dari Ibnu Taimiyah ini. Akibat derita, akibat musibah, akibat kesulitan, kita pun merasa dekat dengan Allah dan ingin kembali pada-Nya. Jadi tidak selamanya derita adalah derita. Derita itu bisa jadi nikmat sebagaimana yang beliau jelaskan. Derita bisa bertambah derita jika seseorang malah mengeluh dan jadikan makhluk sebagai tempat mengeluh derita. Hanya kepada Allah seharusnya kita berharap kemudahan dan lepas dari berbagai kesulitan.
Nikmat ketika kita kembali kepada Allah dan bertawakkal pada-Nya serta banyak memohon pada-Nya, ini terasa lebih nikmat dari hilangnya derita dunia yang ada. Karena kembali pada Allah dan tawakkal pada-Nya hanyalah nikmat yang dimiliki insan yang beriman dan tidak didapati para orang yang kafir. Sedangkan nikmat hilangnya sakit dan derita lainnya, itu bisa kita dapati pada orang kafir dan orang beriman.
Ingatlah baik-baik nasehat indah ini. Semoga kita bisa terus bersabar dan bersabar. Sabar itu tidak ada batasnya. Karena Allah Ta’ala janjikan,“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.
Berikut adalah beberapa nasehat dari ayat al Qur’an, hadits dan perkataan ulama yang semoga bisa menghibur setiap orang yang sedang mengalami musibah.

Pertama: Musibah Terasa Ringan dengan Mengingat Penderitaan yang Dialami Orang Sholih  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”Dalam lafazh yang lain disebutkan. “Siapa saja yang terasa berat ketika menghadapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku, Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”Ternyata, musibah orang yang lebih sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan. Kedua, Semakin Kuat Iman, Memang Akan Semakin Terus Diuji Dari Mush’ab bin Sa’id, seorang tabi’in dari ayahnya, ia berkata,“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.Ketiga, Di Balik Musibah, Pasti Ada Jalan Keluar, Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berkata: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5), Firman Allah ini pun diulang setelah itu,“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6), Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersama kesulitan, ada kemudahan, Keempat, Merealisasikan Iman adalah dengan Bersabar ‘Ali bin Abi Tholib mengatakan, “Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.Kelima, Musibah Awalnya Saja Terasa Sulit, Namun Jika Bersabar akan Semakin Mudah, Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil.” Allah menciptakan segala sesuatu, misalkan dalam penciptaan manusia melalui tahapan dari kecil hingga beranjak dewasa (besar). Keenam. Bersabarlah Di Awal  Musibah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.” Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah. Ketujuh, Pahala Orang yang Mau Bersabar Tanpa Batas Ingatlah janji Allah, Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga. Kedelapan, Akan Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik.
PENUTUP
Semua manusia pasti pernah diuji oleh Allah dengan berbagai cobaan atau ujian, baik kekurangan harta, kemiskinan, kematian, penyakit dan kesulitan hidup. Kiranya semua itu dapat kita terima dengan ikhlas hanya karena Allah, kita yakin bahwa tidaklah Allah memberikan cobaan dan ujian hidup itu melainkan ada hikmah yang sangat besar dibalik semua itu.
Semoga tulisan ini dapat mengugah hati kita agar kita senantiasa istiqomah di jalan Allah, sekalipun berbagai cobaan, ujian dan rintangan menghampiri hidup kita.


* Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Medan Tembung.

KBIH PEMKO MEDAN
SIAP MEMBIMBING ANDA SAMPAI KE TANAH SUCI

GRATIS DAN TERBUKA UNTUK UMUM

CP. Nursani Mungkur, MA
081376011051

 
Pelindung: Ka. Kankemenag Kota Medan, Pembina: Ka. Sub Bagian Tata Usaha, Kasi Urusan Agama Islam, Kasi Mapenda,  Kasi Urusan Haji, Islam, Kasi Zakat Wakaf, Penanggung Jawab: Kasi Pekapontren dan Penamas, Ketua Pengarah: Marasakti Bangunan, MA, Ketua Penyunting: Junindra Banurea, MA, Wakil Ketua Penyunting: Hasanuddin Parinduri, S.Ag, Bendahara: Hj. Fatmah, S. Ag, Editor: M. Abdullah Amin HSB, MA, Layout: Aslen, MA, Dewan Penyunting: 1. Drs. Sontang Muda Harahap, 2. Drs. Hermanto Joko, 3. Drs. H. Abdullah NST, 4.  Drs. H. Fuji, MA, 5. Musthopa, S.PdI, 6. Nur’asiah, S.Ag, Sulfia Rahmi, MA, Nurlely, S. Ag, Suriadi, S.Ag, Nunung Ismayanti, MA, M. Ali Irsan, S. Ag, Drs. Khairul Anwar, Drs. H. Panigoran Siregar, SPdI, Tata Usaha: Hadi Syahputra, S.Sos, Mimi Suryani, MA, Distribusi Pemasaran: Seluruh Penyuluh Agama Islam. CP. 085276985936, Kritik/Saran: 081361160198/081375281183




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gema Irama Pokjaluh Medan