Guru Madrasah agar Ajari Anak Didik Fardhu Kifayah
Kakan Kemenag Medan
Guru Madrasah agar Ajari Anak Didik Fardhu Kifayah
*50 Guru Madrasah Ikuti Pembinaan Bilal Mayit
Medan
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakan Kemenag) Kota Medan Drs H Abdul Rahim MHum meminta para guru madrasah di jajaran Kemenag Medan agar dapat mengajari anak didiknya tentang fardhu kifayah.
“Jika ini dapat dilakukan, selain anak didik mendapatkan ilmu tentang fardhu kifayah, mereka juga akan bisa menjalankan nilai-nilai ajaran Islam. Jadi, ajarkan terus tentang fardhu kifayah kepada anak-anak peserta didik,” katanya dalam bimbingannya pada pembinaan bilal mayit bagi guru-guru agama se- Kota Medan diselenggarakan Seksi Pekapontren dan Penamas Kemenag Medan Aula Kemenag Medan Jalan Sei Batugingging No 12 Medan, Rabu (8/12).
Hadir dalam acara itu Kepala Seksi (Kasi) Pekapontren dan Penamas Kemenag Medan Drs H Hazrat Ibrahim. Sedangkan tampil sebagai narasumber/tutor Drs H Lahmuddin Ritonga.
Menurut Kakan Kemenag Medan, dalam penanganan mayit yang akan difardhukifayahkan, terutama dimandikan memerlukan doa-doa agar prosesing memandikan mayit dapat berjalan lancar.
Artinya, sambung H Abdul Rahim, dengan doa dan mempedomani aturan-aturan yang ada tidak akan menyiksa mayit. Apalagi, dalam menangani mayit sama dengan menghormati orang hidup.
“Jangan pula mayit itu seperti dibersihkan di dorsmeer saja tanpa aturan yang diajarkan syariat Islam,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan tentang Gerakan “Magrib Mengaji” yang dicanangkan Menteri Agama (Menag) Drs H Suryadharma Ali MSi pada Milad ke-80 Al-Washliyah di Univa Medan tanggal 30 November 2010 agar umat Islam lebih bergairah lagi untuk membaca, mempelajari dan mengkaji ayat-ayat suci Alquranulkarim.
Karena menurut Menag, kata H Abdul Rahim, saat ini terjadi pergeseran nilai-nilai ajaran Islam di masyarakat muslim. Pada 10-20 tahun lalu, selesai Shalat Magrib dimana-mana, baik di masjid-masjid, mushalla dan rumah-rumah umat muslim ramai lantunan ayat-ayat suci Alquran. Tetapi, ini nyaris tidak terdengar lagi.
Begitu juga dalam kehidupan rumahtangga muslim, lanjutnya, sopan-santun kurang dijaga, bahkan hilang. Anak tidak hormat lagi kepada orangtuanya. Sebaliknya, orangtua memperlakukan dan menyebut anaknya dengan sesuka hatinya.
“Jadi, dengan ‘Magrib Mengaji’, maka tidak saja pandai membaca dan mempelajari Alquran serta mengharmoniskan rumahtangga, karena terjadi komunikasi yang baik, juga akan tercipta ukhuwah Islamiyah, persaudaraan serta persatuan dan kesatuan di antara umat Islam,” jelas Kakan Kemenag Medan.
Dia berharap, melalui pembinaan bilal mayit bagi para guru madrasah di Medan dapat memberikan kiprah yang besar bagi pembangunan masyarakat di Medan.
Sebelumnya, Ketua Panitia Marasakti Bangunan SAg dalam laporannya mengatakan, pembinaan bilal mayit bagi guru-guru madrasah se-Kota Medan yang diikuti 50 peserta bertujuan untuk membekali peserta di bidang pengetahuan dan keterampilan fardhu kifayah.
Selain itu juga, katanya, untuk memotivasi guru madrasah dan umat Islam agar berkenan menjadi bilal mayit, minimal untuk keluarganya. Karena, banyak yang mengetahui tentang fardhu kifayah, tetapi hanya sedikit yang bersedia menjadi bilal mayit.
Dalam kegiatan itu, narasumber/tutor H Lahmuddin Ritonga disamping memberikan teori tentang fardhu kifayah, juga memperagakan cara-cara memandikan dan mengkafani mayit dengan bahan peragaan boneka manusia.
Guru Madrasah agar Ajari Anak Didik Fardhu Kifayah
*50 Guru Madrasah Ikuti Pembinaan Bilal Mayit
Medan
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakan Kemenag) Kota Medan Drs H Abdul Rahim MHum meminta para guru madrasah di jajaran Kemenag Medan agar dapat mengajari anak didiknya tentang fardhu kifayah.
“Jika ini dapat dilakukan, selain anak didik mendapatkan ilmu tentang fardhu kifayah, mereka juga akan bisa menjalankan nilai-nilai ajaran Islam. Jadi, ajarkan terus tentang fardhu kifayah kepada anak-anak peserta didik,” katanya dalam bimbingannya pada pembinaan bilal mayit bagi guru-guru agama se- Kota Medan diselenggarakan Seksi Pekapontren dan Penamas Kemenag Medan Aula Kemenag Medan Jalan Sei Batugingging No 12 Medan, Rabu (8/12).
Hadir dalam acara itu Kepala Seksi (Kasi) Pekapontren dan Penamas Kemenag Medan Drs H Hazrat Ibrahim. Sedangkan tampil sebagai narasumber/tutor Drs H Lahmuddin Ritonga.
Menurut Kakan Kemenag Medan, dalam penanganan mayit yang akan difardhukifayahkan, terutama dimandikan memerlukan doa-doa agar prosesing memandikan mayit dapat berjalan lancar.
Artinya, sambung H Abdul Rahim, dengan doa dan mempedomani aturan-aturan yang ada tidak akan menyiksa mayit. Apalagi, dalam menangani mayit sama dengan menghormati orang hidup.
“Jangan pula mayit itu seperti dibersihkan di dorsmeer saja tanpa aturan yang diajarkan syariat Islam,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan tentang Gerakan “Magrib Mengaji” yang dicanangkan Menteri Agama (Menag) Drs H Suryadharma Ali MSi pada Milad ke-80 Al-Washliyah di Univa Medan tanggal 30 November 2010 agar umat Islam lebih bergairah lagi untuk membaca, mempelajari dan mengkaji ayat-ayat suci Alquranulkarim.
Karena menurut Menag, kata H Abdul Rahim, saat ini terjadi pergeseran nilai-nilai ajaran Islam di masyarakat muslim. Pada 10-20 tahun lalu, selesai Shalat Magrib dimana-mana, baik di masjid-masjid, mushalla dan rumah-rumah umat muslim ramai lantunan ayat-ayat suci Alquran. Tetapi, ini nyaris tidak terdengar lagi.
Begitu juga dalam kehidupan rumahtangga muslim, lanjutnya, sopan-santun kurang dijaga, bahkan hilang. Anak tidak hormat lagi kepada orangtuanya. Sebaliknya, orangtua memperlakukan dan menyebut anaknya dengan sesuka hatinya.
“Jadi, dengan ‘Magrib Mengaji’, maka tidak saja pandai membaca dan mempelajari Alquran serta mengharmoniskan rumahtangga, karena terjadi komunikasi yang baik, juga akan tercipta ukhuwah Islamiyah, persaudaraan serta persatuan dan kesatuan di antara umat Islam,” jelas Kakan Kemenag Medan.
Dia berharap, melalui pembinaan bilal mayit bagi para guru madrasah di Medan dapat memberikan kiprah yang besar bagi pembangunan masyarakat di Medan.
Sebelumnya, Ketua Panitia Marasakti Bangunan SAg dalam laporannya mengatakan, pembinaan bilal mayit bagi guru-guru madrasah se-Kota Medan yang diikuti 50 peserta bertujuan untuk membekali peserta di bidang pengetahuan dan keterampilan fardhu kifayah.
Selain itu juga, katanya, untuk memotivasi guru madrasah dan umat Islam agar berkenan menjadi bilal mayit, minimal untuk keluarganya. Karena, banyak yang mengetahui tentang fardhu kifayah, tetapi hanya sedikit yang bersedia menjadi bilal mayit.
Dalam kegiatan itu, narasumber/tutor H Lahmuddin Ritonga disamping memberikan teori tentang fardhu kifayah, juga memperagakan cara-cara memandikan dan mengkafani mayit dengan bahan peragaan boneka manusia.
Komentar
Posting Komentar